blog, hidup

Profesionalisme dan Komitmen

Hari ini terasa waktu berjalan sangat lambat, sejak pagi bertubi-tubi rekan kami datang ke rumah membicarakan opini dan masa depan antara kami dengan mereka. Seperti bisa ditebak dalam judul tulisan saya ini; mereka datang dengan 2 poin : Profesionalisme dan Komitmen (semoga saya tidak terbalik dalam menuliskannya).

Memang benar kata para leluhur;
“Apa yang kita alami hari ini adalah hasil (panen) dari hari(-hari) kemarin”

Beberapa bulan yang lalu saya dituntut secara etika Profesionalisme menyelesaikan beberapa poin pekerjaan dan tambahan pekerjaan dari para klien. Alhamdulillah, satu persatu bisa saya selesaikan dengan Profesionalisme. Lantas apakah saya mendapatkan timbal balik (Uang) yang secara Komitmen telah tertuang baik secara lisan maupun tulisan?

Ah ternyata TIDAK.

“Itulah bobroknya Komitmen negri ini” itulah kata Tamu terakhir kami saat mengulas tentang buruknya Profesionalisme konsultan dengan pola pikir asal pembayaran lancar.
Dalam pembenaran saya menyetak “Ya memang benar Mas, apalagi beberapa hari ini saya melewati beberapa kepemimpinan yang melalaikan Komitmen dengan mengunakan Profesionalisme sebagai alat kerja”

Kemarin pagi dalam perjalanan menuju kota Malang, saya sempat tersentil dengan e-mail dari sesorang yang secara struktural berada diatas saya. Sebuah berita acara yang telah ditanda tangani dan distempel perusahaan terkairt beberapa tahun yang lalu dianggap tidak relevan dan akan dibuatkan berita acara baru dengan tanda tangan serta stempel perusahaan yang sama. Ketidak relevanan ini sunguh meruntuhkan pekerjaan tim kami sebelumnya. Yang secara Komitmen telah menerima Uang sebagai bentuk Profesionalisme pekerjaan.
Sentilan tersebut akhirnya saya sampaikan melaului email balasan, yang intinya jika tidak relevan, maka adalah secara Profesionalisme kami tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut dan kami tidak berhak menerima Uang sebagai bentuk Komitmen tidak terselesaikannya pekerjaan itu.
Selang beberapa menit, saya mendapat email balasan yang intinya adalah “Secara legal mungkin relevan, tapi buat apa kalau ternyata tidak bisa dijadikan acuan?”
Saya menghentikan “perdebatan” tersebut sampai disitu, karena sang Bapak Pemimpin ini menghendaki perdebatan itu tidak diteruskan dan jawaban sentilan tersebut sudah jelas. “Berita Acara yang dahulu atau yang sekarang, jika tidak tegas dalam Komitmen, maka tidak akan relevan” bukan stempel atau tanda tangganya.

Pukul 11.00 saya mendapat telepon dari seorang klien yang mengkonfirmasi akan memberikan sejumlah uang untuk ditukar dengan Komitmen untuk penyelesain pekerjaan secara Profesionalisme 3 hari kedepan dari rekan kerja saya.
Kembali otot dengkul saya kaku, karena otak bekerja dengan tenaga penuh memikirkan salah kaprah orang-orang ini. “Bukannya uang itu hasil dari sebuah Profesionalisme pada sebuah Komitmen”

Sampai pada pukul 22.30 dimana Profesionalisme kesabaran saya benar-benar diuji. Pada pukul 09.33 saya mengirim email kepada pemilik perusahaan dimana saya menjadi sub-kontraktor, yang isinya adalah realisasi Komitmen secara Profesionalisme. Wow, secara Profesionalisme. Mengapa? Secara transparan pemimpin perusahaan telah menyerahkan sepenuhnya Komitmen kami kepada pemilik perusahaan. Saya rasa seorang pemilik akan lebih Profesionalisme dalam menjalankan sebuah Komitmen. Karena banyak faktor dan sudut pandang selaku seorang pemilik terhadapa aset-asetnya.
Dan ternyata lagi-lagi Profesionalisme dan Komitmen ini tidak berjalan pada skema yang seharusnya.

“Ya sudahlah. Jangan mengeluh, tak ada yang perlu dikeluhkan, semua harus disikapi”. Begitu kata teman sekolah saya saat beliau hendak menuju ke Sawojajar untuk menjalankan Profesionalisme dan Komitmen.

saya mohon maaf jika ada Komitmen yang tidak saya jalankan secara Profesionalisme

Standard

Leave a comment